Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten pertambangan nikel, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui aksi korporasi Initial Public Offering (IPO).
Dengan kode saham NICE, penawaran saham ke publik ini bukanlah saham baru, melainkan divestasi dari pemilik saham lama, yakni PT Sungai Mas Minerals (SMM) dan PT Inti Mega Ventura (IMEV), masing-masing melepas 608.202.000 saham. Total saham yang dikeluarkan tersebut setara dengan 20% dari jumlah seluruh modal yang ditempatkan perseroan.
Harga IPO divestasi ini dipatok Rp 438/saham, sehingga nilai keseluruhannya sebesar Rp 532,78 miliar. Akan tetapi, karena bukan merupakan saham baru, maka seluruh dana IPO akan diterima oleh pemegang saham penjual, sehingga perusahaan tidak menerima hasil penawaran umum perdana saham.
Jika seluruh saham divestasi terjual pada publik, maka struktur kepemilikan akan berubah menjadi seperti tabel berikut ini :
Foto: Prospektus Struktur Kepemilikan NICE Setelah IPO |
Seperti terlihat di atas, walau SMM dan IMEV mengeluarkan masing-masing 10% kepemilikan, akan tetapi keduanya masih memegang mayoritas kepemilikan. SMM sendiri masih memegang hak pengendali dengan kepemilikan saham terdilusi menjadi 41%.
Sejumlah pelaku pasar menilai IPO perusahaan nikel ini merupakan exit strategy pemegang saham lama. Pasalnya, setelah IPO perusahaan juga masih menyiapkan rencana pelepasan saham lagi oleh pemilik mayoritas, diantaranya SMM, IMEV, kemudian Direktur Perusahaan, Michael Adhidaya Susantyo (MAS), serta Komisaris Utama Perusahaan, Victor Agung Adhidaya Susantyo kepada LX International Corp (LXI) atau entitas yang ditunjuknya.
Rencananya, pengambilalihan akan dilakukan di harga penawaran umum dan dilaksanakan segera setelah perseroan tercatat di BEI atau paling lambat lima hari kerja.
Beralih ke tanggal penting yang patut dicermati pelaku pasar yang ingin mengikuti gelaran IPO NICE, mulai hari ini, Rabu (3/1/2024) hingga Jumat (5/1/2024) sudah bisa mengikuti masa penawaran umum, kemudian akan tercatat perdana di bursa pada 9 Januari 2024 mendatang.
Sekilas Bisnis NICE
PT Adhi Kartiko Pratama Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel laterit. Emiten dengan kode saham NICE ini memiliki tambang yang terletak di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan luar area konsesi 1.975 ha yang mana kepemilikan dan operasi tambang 100% dilakukan perusahaan.
Melansir data prospektus, hingga akhir 2022 kapasitas produksi mencapai 1,4 juta metrik ton (MT) bijih nikel. Nilai tersebut meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan produksi tahun sebelumnya.
Akan tetapi, pada paruh pertama 2023 nilai produksi turun jadi 561,3 ribu MT dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 671 ribu MT. Walau begitu, berat penjualan masih terus meningkat tiap tahunnya, memanfaatkan persedian perusahaan.
Dengan berat penjualan yang terus meningkat, lantas bagaimana profitabilitasnya?
Harga Nikel Masih Ambles, Profitabilitas Susut
Walau dari sisi berat penjualan terus meningkat, akan tetapi secara nilai profitabilitas perusahaan turun. Melansir data prospektus, hingga enam bulan pertama 2023 profitabilitas NICE masih cenderung terkoreksi. Penjualan sendiri turun 11,5% secara tahunan (yoy) menjadi Rp378,6 miliar. Bottom line juga turun 48,1% yoy ke posisi Rp40,5 miliar.
Penurunan profitabilitas terjadi karena harga nikel yang sedang ambles. Selama setahun terakhir, harga komoditas nikel telah jatuh lebih dari 45% ke posisi sekitar US$16.500 ton. Posisi tersebut bahkan nyaris ke level terendah sejak tiga tahun terakhir akibat peningkatan supply terutama dari negara produsen seperti Indonesia, Filipina, dan China.
Kendati demikian, nilai profitabilitas pada sepanjang 2020 – 2022 perusahaan masih mencatatkan surplus, dimana laba bersih hingga 2022 tercatat untung Rp108,9 miliar, nilai ini bahkan sudah turnaround dari rugi yang sempat dialami pada 2020 silam sebesar Rp13,8 miliar. Peningkatan laba yang terjadi pada saat itu sejalan dengan harga nikel yang sedang dalam tren naik, tertinggi sempat mencapai US$ 48.000 per ton pada Maret 2022.
Jadi, bisa dibilang profitabilitas perusahaan masih mengalami surplus efek boom commodity 2022. Akan tetapi, nilainya potensi terus susut karena harga nikel yang masih dalam tren turun, kecuali perusahaan bisa mengkompensasi dengan berat penjualan yang lebih banyak, sehingga bisa menutup penurunan ASP (Average Selling Price) dengan peningkatan volume penjualan.
Profitabilitas potensi masih bisa susut, apakah ini membuat valuasi masih mahal atau sudah murah?
Valuasi NICE
Memperhitungkan valuasi dengan menambahkan cash dari IPO akan menghasilkan angka price to book value NICE di 1,4 kali. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan beberapa kompetitor-nya seperti ANTM dan NCKL ternyata masih cukup murah, akan tetapi masih lebih mahal dibandingkan kompetitonya, INCO.
Jadi secara teoritis, valuasi NICE berdasarkan masih lebih murah dibandingkan rata-rata industrinya. Akan tetapi, valuasi murah ini didapatkan dari prospek profitabilitas yang masih potensi menyusut akibat harga nikel yang masih turun.
Fluktuasi harga nikel ini menjadi salah satu risiko yang masih perlu dihadapi ke depan yang sangat mempengaruhi kelangsungan bisnis perusahaan, ditambah dengan prospek permintaan yang belum pasti akibat perekonomian global yang diproyeksi turun pada 2024 akibat ekonomi China yang masih lesu. https://tawkapinew.com/